Rasa Syukur Yang Sering Dilupakan



Hai! Alhamdulilah gue terlahir dikeluarga yang berkecukupan. Sekali lagi berkecukupan, bukan berlebihan. Gue bisa sekolah, makan tiap hari, beli baju, tas, sepatu, dan masih banyak lagi. Alhamdulilah, harusnya tiap detik gue mengucap syukur. Karna nggak semua anak seusia gue bisa sekolah, makan, atau beli sesuatu yang mereka inginkan.
Tapi gue adalah manusia, gudangnya berbuat salah. Sering kali gue mengeluh atas apa yang dikasih oleh orang tua gue pun gue juga sering menuntut untuk dibelikan ini dan itu. Sampai suatu ketika gue baca blognya kak Gita. Lagi-lagi gue seperti ditampar dengan tulisanya kak Gita. Setelah gue baca sampai selesai, gue langsung bertanya-tanya dengan diri gue sendiri.
“Iya, ya kenapa gue gitu?” “Kok rasa-rasanya gue seperti orang yang lupa untuk bersyukur dan jauh dari kata sederhana”
Nggak lama setelah gue merenung (Iya merenung, tulisan kak Gita selalu berhasil membuat gue merenung) gue iseng bertanya ke kakak .
“ Mba, aku tu orangnya sederhana ngak sih? “ kakak gue hanya ketawa, padahal gue nanya serius. Beberapa hari setelah itu gue juga iseng nanya ke temen gue
“ Gue orangnya sederhana ngak sih? “ lagi-lagi dia ketawa
Kesimpulanya, gue jauh dari sederhana. Kenapa begitu? Dari hasil renungan gue ceeelahh, seringkali ketika gue mau membeli sesuatu yang sebenarnya gue bisa pake yang lama atau yang harganya murah, tapi gue milih untuk beli dengan harga yang ngak murah. See!
Gue nyesel, karna gue sudah terlanjur menjadi seseorang yang konsumtif. Dan mencoba untuk membalikan keadaan itu ngak gampang, tapi wajib dilakukan.
 Kayak tadi waktu gue mau ngambil almamater barengan sama 2 temen gue. Sebut aja Ningsih dan Sri. Nah, tadi itu gue liat HP-nya si Ningsih itu baru (Apple buuk) dan gue tau Sri juga akan beli HP baru, karna beberapa waktu yang lalu HP-nya ilang dan dia bilang bakal beli setelah registrasi. Tiba-tiba gue langsung kepikiran “ Kapan ya gue bakal dibeliin HP baru? “. Ceritanya HP gue tu udah retak, nah Ibu gue tuh baru beli HP baru karena Ibu gue Cuma bisa WAnan aja jadi tuh Hp sering gue bawa dan pake. Sampai akhirnya Ibu kesel dan katanya mau dibeliin HP baru agar nggak make punya dia. Tapi setelah gue renungkan lagi, ini adalah kesempatan gue untuk menerapkan rasa syukur dan melatih kesederhanaan gue. 
Sejujurnya gue ngak yakin kalo ini akan berhasil sampe tu HP ngak bisa dipake. Tapi mari kita coba.
            Gue sebagai cewek, kadang masih iri sama temen-temen cewek yang bajunya setiap hari ganti dan bisa mengikuti tren. Akibatnya, gue lagi-lagi konsumtif. Padahal seharusnya gue melihat kebawah, betapa beruntungnya gue bisa memakai baju yang hangat dan bersih disaat masih banyak yang memakai baju seadanya bahkan copang-camping.
Gue rasa gaya hidup orang-orang Indonesia kebanyakan juga konsumtif, ya walaupun ada juga yang sederhana kayak kak Gita. Orang-orang yang sederhana kayak kak Gita harus dibudidayakan, kalo bukan dari diri kita sendiri siapa lagi? Yakan? Banyak juga orang-orang yang gue temui yang sebenarnya hidup mereka biasa-biasa aja tapi apa-apanya serba bagus pun sebaliknya oraang-orang yang sebenernya kaya tapi barang-barangnya biasa-biasa aja.
            Gue sebagai muslim seharusnya menyadari bahwa zuhud (mengutamakan urusan dunia) dunia itu salah satu hal yang paling dibenci Allah. Pemborosan, berfoya-foya adalah sifat setan. Kembali lagi gue adalah pendosa yang ingin berubah. Dengan cara menulis diblog semoga nggak Cuma gue yang berusaha untuk berubah tapi juga kalian yang sedang membaca tulisan gue.
Gue mengangkat pembahasan ini karna gue lihat masih banyak orang yang kurang bersyukur dan jauh dari kesederhanan sama seperti gue. Mengedepankan nafsu untuk dunia semata. Mewujudkan keinginan tanpa melihat seberapa susah orang tua kita mencari rupiah. Bagi kalian yang merasa jauh dari kesederhanan, bergegaslah merenung. Yakin, sedikit demi sedikit kita dapat merubah gaya hidup dan dapat bersyukur setiap saat.
Terimakasih telah membaca, maaf jika ada kesalahan dan perbedaan pandangan.

Komentar

Posting Komentar