Hujan.

Sebuah nikmat dari tuhan yang patut disyukuri namun tidak kusukai. Menggambarkan kesedihan, membuat hati tak tenang. Banyak orang yang menyukaimu, hujan. Tapi, bukan aku. Sekalipun pohon-pohon riang menyambutmu, tanah tak jadi gersang karnamu tetap saja aku tak suka kehadiranmu.
Aku menulis ini didepan jendela dengan butiran bening bekas mu, hujan. Dengan awan gelap menutup cerianya mentari, mengalah demi hadirmu. Kucing disampingku meringkuk, merasakan dinginya hadirmu. Akupun begitu.
Beberapa waktu yang lalu, kudengar berita sedang terjadi banjir, tanah longsor, angin kencang, dan pohon tumbang karna hadirmu. Bukan hujan yang salah, tapi manusia. Bagaimana bisa mereka selalu lalai, lalai dengan alam terlebih lalai dengan tuhan sang pencipta alam. Sentilan diberikan untuk mengingatkan, lewat alam. Semua orang binggung kehilangan barang berharga yang mereka cari hingga lalai dengan tuhan.
Alam berteriak ketakutan, manusia penyebabnya. Kebohongan, kemunafikan, terlebih keserakahan yang tak berkurang dan terus bertambah. Bertambah hingga sulit ditenggakan karna kekuasaan. Skenario hidup memang sudah ditentukan oleh tuhan, tapi untuk penguasa meraka dengan mudah mengarang skenario.
            Hujan, lagi kau buat ombak marah. Bergulung-gulung tak beraturan, membuat nelayan marah tidak dapat berlayar mencari ikan untuk makan. Lagi, bukan salahmu tapi manusia yang tidak bersyukur atas pemberian tuhan. Selalu kurang, menuntut lebih bahkan dengan cara yang kejam. Membuat dirinya jaya, lantas orang yang dibawahnya kelimpungan dan banting tulang demi upah yang tidak seberapa, lantas lagi menyalahkan alam.
Aku masih sembilan belas tahun, belum pernah bekerja tapi tidak membuat ku buta tentang bagaimana manusia bekerja. Masih ada manusia yang bekerja yang jujur sepenuhnya, namun tidak sedikit yang lagi-lagi dengan kejam. Melahap uang rakyat, membangun pundi-pundi kekayaan yang mengerikan.
            Hujan, benar kau harus datang sekalipun banyak yang tidak menyukaimu kau tetap harus datang mengingatkan manusia – manusia yang lalai dengan alam terlebih dengan tuhan. Kau harus datang memberikan kehidupan sekaligus mengambil kehidupan agar dunia seimbang.
***
Gimana teman-teman? Cukup puistis kah gue? Hahaha. Karna gue udah mentok banget binggung mau nulis tentang apa yaudahlah yaa gue tulis aja apa yang sedang terjadi didepan gue. Dan semoga kalian bisa ngerti dan paham maksud dari tulisan gue diatas.
Maaf karna bulan november kemarin nggak upload tulisan yang gue yakin nggak ada yang nunggu tulisan gue juga wkwkwk.

Terimakasih sudah membaca.

Komentar